Awalnya dari memandang. Akhirnya merasuk ke hati. Syahwat pun bangkit. Akhirnya ingin memandang gambar-gambar tak senonoh seperti gambar atau video porno atau gambar telanjang. Karena syari’at kita memerintahkan untuk menundukkan pandangan.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (٣٠) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31)
Bahaya Pandangan yang Tidak Terjaga
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Allah Ta’ala memerintahkan nabinya untuk memerintahkan pada orang beriman supaya bisa menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Karena Allah selalu memperhatikan apa yang diperbuat oleh pandangan mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(QS. Ghafir, Al-Mu’min: 19)
Menundukkan pandangan lebih didahulukan dari menjaga kemaluan. Karena setiap kejadian, awalnya dari pandangan terlebih dahulu. Sebagaimana kobaran api, awalnya berasal dari percikan api yang kecil.
Awalnya dari memandang …
Berlanjut pada getaran …
Berlanjut pada melangkah …
Hingga akhirnya bermaksiat.
Oleh karena itu disebutkan, siapa yang menjaga empat hal berarti, ia berarti telah menjaga agamanya, yaitu:
- Selayang pandang (sekejap mata)
- Getaran syahwat
- Kata yang diucap
- Langkah
Disebutkan pula bahwa pandangan itulah langkah awal berbagai dosa yang dilakukan manusia. Dari pandangan akan melahirkan getaran, lalu terbayang-bayang, lalu terbayang-bayang dengan penuh syahwat, kemudian lahirlah syahwat keinginan, lalu bertambah kuatlah keinginan, maka berlanjutlah pada maksiat selama tidak ada penghalang.
Sampai disebutkan,
الصَّبْرُ عَلَى غَضِّ البَصَرِ أَيْسَرُ مِنَ الصَّبْرِ عَلَى أَلمِ مَا بَعْدَهُ
“Sabar dalam menahan pandangan lebih mudah daripada sabar dalam kepedihan selanjutnya.”
Inilah yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al-Jawab Al-Kafi. Wallahu a’lam bish-shawwab.
Realita terjadinya zina karena langkah-langkah yang sama seperti yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim di atas.
Semoga Allah menyelamatkan kami dan setiap yang membaca tulisan dari berbagai pandangan serta lanjutan maksiatnya yang membinasakan.
—
@ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, DIY, 10 Rabi’uts Tsani 1437 H
Oleh Al-Faqir Ila Maghfirati Rabbihi: Muhammad Abduh Tuasikal
Rumaysho.Com, Channel Telegram @RumayshoCom, @DarushSholihin, @UntaianNasihat, @RemajaIslam